Assalamua”laikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Ibu kita Kartini
putri sejati…
Putri Indonesia
harum namanya…
Ibu kita kartini
Pendekar bangsa…
Pendekar kaumnya …
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita citanya
Bagi Indonesia
“Sobat Islami pasti pernah dengar lagu itu kan?” Pastinya dong. Karena itu adalah salah satu lagu wajib negara kita. Oh ya sobat islami perkenalkan namaku Adiva. Aku bersekolah di SDI AL BADAR. Aku punya cerita tentang pengalamanku di hari minggu. Sebuah cerita sederhana yang Insyaa Allah akan bisa memberikan manfaat.
Saat itu Minggu pagi yang cerah. Aku bersama ayah, mama dan kakak berjalan jalan ke Taman Kusuma Wicitra. Atau warga Tulungagung menyebutnya dengan sebutan Taman Aloon Aloon. Ramai sekali suasana disana. Maklum saja setiap hari minggu di taman tersebut diadakan kegiatan car free day. Kendaraan bermotor tidak bisa masuk ke area tersebut mulai dari jarak 1 km . Jadi bisa lebih leluasa dalam melakukan kegiatan pagi. Ada yang berjalan jalan besama keluarga, jogging, terapi batu, bahkan ada yang asyik bercengkerama dengan burung dara. Tak terbayangkan betapa ramainya suasana pagi itu dengan berbagai aktivitas mereka.
Tapi pandanganku tidak pada keramaian itu melainkan pada sebuah monumen yang ada di seberang jalan. “Monumen apa ya itu?Aku jadi penasaran.” Tanyaku dalam hati. Sebenarnya aku juga sering sih jalan jalan kesini. Tapi baru kali ini aku penasaran untuk melihatnya lebih dekat lagi. Akupun minta ijin kepada ayah untuk melihatnya. Dan ayah pun mengijinkan. Karena suasana ramai aku harus berhati hati menyeberang jalan. Banyak sepeda yang berlalu lalang.
Setelah sampai disana aku melihatnya dengan seksama. Oh ini monumen Ibu Kartini ternyata. Saat itu bulan April. Bertepatan dengan lahirnya Ibu Kartini. “Hemm…Pantas saja nama jalan disekitar alun alun ini diberi nama Jalan R.A Kartini. Mungkin ada hubungan nya dengan monumen ini.” Gumamku sambil masih memperhatikan monumen. Saat aku memperhatikan monumen tersebut tanpa kusadari ada seseorang yang menghampiri dibelakangku. Seorang paruh baya dengan mengenakan training warna hijau, dan topi hitam. Kalau dari penampilan nya kelihatan kalau beliau seorang yang bijaksana. (Upps…Entah dari apa aku menilainya. Tapi batinku mengatakan nya demikian). “Bapak perhatikan dari tadi kamu memperhatikan monumen itu ada apa?” Tanya bapak itu. “Saat memperhatikan monumen tersebut saya jadi teringat akan jasa jasa Kartini pada bangsa ini. Mungkin karena itu ya pak, tanggal 21 April dijadikan hari besar nasional?” Tanyaku. ” Betul sekali nak. Dan identik dengan perayaan menggunakan kebaya. Padahal peringatan nya tidak harus seperti itu. Kehebatan kartini bisa kita kenang melalui tulisan tulisan nya. Beliau mampu menuliskan isi hati, pendapat dan ide tentang wanita yang melampaui wanita Indonesia pada zaman nya. Diantaranya adalah tulisan surat kartini kepada sahabatnya di Eropa yang dibukukan oleh J.H Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda, dengan judul Door Duisternis tot Licht yang secara harfiah diaartikan dengan habis gelap terbitlah terang. Kebanyakan dari tulisan tulisan tulisan kartini berisi tentang emansipasi wanita. Tapi sebetulnya tidak hanya wanita saja yang diperjuangkan. Beliau juga menulis surat kepada pemerintah Hindia Belanda agar bangsa pribumi bisa bersekolah di Batavia. Karena keteguhan tekad beliau, tidak hanya kita saja. Bahkan pemerintah Belanda pun kagum dengan beliau. Nama beliau juga diabadikan menjadi nama 4 jalan disana.” Terangnya dengan panjang lebar. “Wah ternyata beliau sangat hebat sekali ya pak”. Kataku dengan kagum. “Tentu saja nak. Dan tugas kalian adalah melanjutkan apa yang dicita citakan Kartini. Mengisi kemerdekaan ini dengan hal hal positif. Jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan kepada kita, namun apa yang bisa kita berikan pada negara”. Jawab bapak itu. Tak lama kemudian terdengar suara ayah memanggilku. “Maaf pak sepertinya ayahku sudah memangilku. Terimakasih atas semua ilmu yang bapak berikan kepada saya. Saya berjanji akan belajar lebih giat lagi agar bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa ini kelak. . Assalamu”alaikum pak” Aku mohon pamit untuk meninggalkan tempat tersebut. “waalaikumu ssalam”. Jawab bapak tersebut. Segera akupun menghampiri ayah. Dan ayah mengajak kami pulang.
Sepanjang jalan akupun menyanyikan lagu ibu kita kartini. Aku sangat kagum dengan ide ide dan kebulatan tekad dari kartini. Dalam hati saya yang paling dalam, saya sangat berterima kasih kepada bapak tadi ( yang saya tidak tahu namanya ) telah menceritakan tentang keteladanan Kartini. Aku memanglah tidak sehebat Kartini. Tapi aku punya mimpi. Sebuah mimpi yang sederhana dan bersahaja. Semoga Allah meridhoi aku berjuang untuk bangsa ini di atas kebenaran dan kejujuran. Cerita tadi sudah memotivasiku untuk lebih baik lagi. Dan kita sebagai generasi penerus harus selalu menghargai jasa pahlawan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa pahlawan nya. Nah sekian dulu ya sobat islami cerita dari saya. Mudah mudahan di kemudian hari bisa disambung lagi. Mana cerita kalian ???
Wassalamu”alikum Warahmatullahi Wabarakaatuh