Sat. Nov 23rd, 2024

Panen Karya P5 “Kearifan Lokal Budaya Tulungagung”

Kamis, 26 September 2024 SMK Al Badar mengadakan panen karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Panen karya P5 kali ini mengambil tema yaitu Kearifan Lokal Budaya Tulungagung.

Kearifan lokal merupakan kekayaan budaya masyarakat suku-suku bangsa yang memiliki potensi luar biasa. Bangsa Indonesia dianugerahi memiliki keanekaragaman kearifan lokal dalam berbagai bentuk di seluruh Nusantara. Maka dari itu dalam kegiatan panen karya P5 ini, siswa-siswi mengunjungi beberapa situs leluhur di Kabupaten Tulungagung.

  1. Makam Syekh Basyaruddin

Makam Syekh Basyaruddin terletak di Dusun Srigading, Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Syekh Basyaruddin yang mempunyai nama asli Kyai Nur Soto hidup se-zaman dengan Kyai Ageng Mohammad Besari Tegalsari dan Sunan Pakubuwono II (tahun 1727 -1749). Beliau dipercayai oleh masyarakat Tulungagung sebagai kyai yang babat Dusun Srigading bersama-sama ayahnya, Kyai Abdur Rahman. Beliau bersama ayahnya bersama-sama mensiarkan agama Islam di Bolorejo dan sekitarnya. Oleh karena jasa-jasa Beliau inilah masyarakat menghormatinya sejak dahulu hingga sekarang.

  • Makam KH. Khasan Mimbar dan Masjid Tertua di Tulungagung

Salah satu warisan sejarah yang dimiliki Tulungagung adalah Masjid Al Mimbar di Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru. Masjid Al Mimbar merupakan masjid tertua di Kabupaten Tulungagung dan saksi bisu dalam sejarah penyebaran agama Islam di Kabupaten Tulungagung. Dalam cacatan masjid ini didirikan oleh Raden KH. Khasan Mimbar pada tahun 1790.

Keberadaan masjid ini merupakan bukti sejarah jika Islam disebarkan dengan damai di Tulungagung. Bentuk asli dari masjid ini adalah serambinya di mana tidak ada dinding yang mengelilingi namun telah mengalami perubahan seiring beberapa kali renovasi, bentuk asli gerbang masjid Al Mimbar terbuat dari batu bata merah yang disusun hingga berbentuk pintu masuk khas Kesultanan Mataram masih bisa dilihat hingga saat ini.

Berdasarkan catatan sejarah, Raden KH. Khasan Mimbar tiba di Ngrowo (Tulungagung) sekitar awal abad ke-17. Pada tahun 1727 Raden KH. Khasan Mimbar diberi tugas oleh Raja Kasultanan Mataran Sri Susuhunan Pakubuwono II melalui Bupati Ngrowo I Adipati Kyai Ngabehi Mangundirono untuk berdakwah sekaligus melaksanakan urusan pernikahan secara Islam. Jika ditelusuri secara silsilah, Raden KH Khasan Mimbar masih keluarga Kasultanan Mataram. Raden KH Khasan Mimbar adalah putra Kyai Ageng Wiroyudo.

Kegiatan panen karya P5 dengan tema kearifan lokal bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai budaya pada diri siswa. Negara akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang besar bila memiliki nilai-nilai budaya telah mengakar dalam sendi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya generasi Z agar terlibat secara aktif dalam melestarikan budaya.

Share

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Humas YSPI Al Badar
Kirim Dengan Whatsapp